Tibatiba tersangka menjerat korban dari belakang sebanyak dua kali. Setelah itu tersangka menutup wajah korban menggunakan serban.
Beberapawaktu yang lalu, warga Kediri dihebohkan dengan penemuan sesosok mayat wanita bercadar di halaman Masjid. Beberapa waktu yang lalu, warga Kediri dihebohkan dengan penemuan sesosok mayat wanita bercadar di halaman Masjid. Selasa, 2 Agustus 2022; Cari. Network. Tribunnews.com; TribunnewsWiki.com;
WanitaBercadar Ini Masuk Majalah Forbes Asia's 100 Digital Stars Senin, 14 Desember 2020 21:50 WIB 14 Desember 2020, 21:50 WIB INDOZONE.ID - Belakangan ini, cadar memang menjadi sebuah kontroversi di beberapa negara.
· terbaru 30 gambar foto wanita. Salah satu hijab kartun muslim yang paling populer dan diminati adalah kartun wanita muslim berjilbab. Gambar kartun wanita hijab dari belakang. Jan 12, 2022 · kumpulan gambar kartun wanita berhijab terlengkap. 75 Gambar Kartun Muslimah Cantik Dan Imut Bercadar Sholehah Lucu. Berhijab
Fotowanita muslimah cantik berhijab dari belakang gambar wanita muslimah berhijab dan bercadar syari hai sahabat muslim dimanapun berada . Berhijab dan bercadar itu mungkin sudah biasa bagi kebanyakan orang. Paling populer 29 gambar muslimah cantik berhijab syari 199 gambar dp bbm . Gambar wanita berhijab syari, gambar wanita muslimah kartun,.
Jakarta- . Camat Tenjolaya, Farid Maruf, mengaku telah memediasi antara warga dengan wanita bercadar, Hesti Sutrisno dan disepakati, 47 anjing milik perempuan tersebut akan direlokasi. Namun
CDRVj0. Fenomena cadar di Indonesia sudah ada sejak dahulu bahkan sebelum Indonesia merdeka. Namun pembahasan tentang wanita bercadar masih sangat menarik untuk dikaji. Eksistensi mereka sering dikaitkan dengan Islam radikal dan aksi-aksi terorisme yang sering terjadi di Indonesia. Sehingga keberadaan wanita bercadar ini banyak menimbulkan aksi pro dan kontra dilingkungan masyarakat. Dalam pergaulan sosial, wanita bercadar akan menghadapi berbagai kendala salah satunya adalah dalam hal hubungan interpersonal. Hal ini karena keterbatasan mereka untuk lebih mudah dikenali, salah satunya karena wajah mereka tertutup. Sehingga dalam pergaulan sehari-hari juga akan mengalami kendala dikarenakan penampilan mereka lain dari pada yang lain. Eksklusivitas dan ketertutupan wanita bercadar inilah yang kemungkinan besar dapat menghambat proses sosialisasi mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran hubungan interpesonal wanita bercadar. Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan wawancara sebagai metode pengumpulan datanya. Hasil dari penelitian ini adalah ada persepsi yang salah terhadap wanita bercadar, bahwa mereka eksklusif dan tidak mau bergaul dengan masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua informan dalam penelitian ini justru bersikap proaktif, terbuka dan mau bersosialisasi dengan siapapun. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Psikostudia Jurnal Psikologi ISSN 2302-2582 Vol 8, No 2, Desember 2019, hlm. 62-71 E-ISSN 2657-0963 62 HUBUNGAN INTERPERSONAL WANITA BERCADAR Sujoko1, Mohammad Khasan2 1,2 Program Studi S1 Psikologi, Universitas Setia Budi Surakarta, Indonesia. Email agussujoko85 khasanm86 Abstract The phenomenon of the veil in Indonesia had existed long ago even before Indonesia's independence. But the discussion about veiled women is still very interesting to study. Their existence is often associated with radical Islam and acts of terrorism that often occur in Indonesia. So that the presence of this veiled woman raises many pro and contra actions in the community. In social relations, veiled women will face various obstacles, one of which is in terms of interpersonal relationships. This is because of their limitations to be more easily recognized, one of them is because their faces are closed. So that in everyday relationships will also experience problems due to their other appearance than others. This exclusivity and closure of veiled women is likely to hinder their socialization process. The purpose of this study was to find out how the picture of interpesonal relationships of veiled women. This research method uses a qualitative approach using interviews as a method of data collection. The result of this study is that there is a false perception of veiled women that they are exclusive and do not want to get along with the community. The results of this study indicate that the two informants in this study actually were proactive, open and willing to socialize with anyone. Keywords Interpersonal Relations; Woman; Veil. Abstrak Fenomena cadar di Indonesia sudah ada sejak dahulu bahkan sebelum Indonesia merdeka. Namun pembahasan tentang wanita bercadar masih sangat menarik untuk dikaji. Eksistensi mereka sering dikaitkan dengan Islam radikal dan aksi-aksi terorisme yang sering terjadi di Indonesia. Sehingga keberadaan wanita bercadar ini banyak menimbulkan aksi pro dan kontra dilingkungan masyarakat. Dalam pergaulan sosial, wanita bercadar akan menghadapi berbagai kendala salah satunya adalah dalam hal hubungan interpersonal. Hal ini karena keterbatasan mereka untuk lebih mudah dikenali, salah satunya karena wajah mereka tertutup. Sehingga dalam pergaulan sehari-hari juga akan mengalami kendala dikarenakan penampilan mereka lain dari pada yang lain. Eksklusivitas dan ketertutupan wanita bercadar inilah yang kemungkinan besar dapat menghambat proses sosialisasi mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran hubungan interpesonal wanita bercadar. Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan wawancara sebagai metode pengumpulan datanya. Hasil dari penelitian ini adalah ada persepsi yang salah terhadap wanita bercadar, bahwa mereka eksklusif dan tidak mau bergaul dengan masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua informan dalam penelitian ini justru bersikap proaktif, terbuka dan mau bersosialisasi dengan siapapun. Kata kunci Hubungan Interpersonal; Wanita; Cadar Submitted 07 Agustus 2019 Revision 10 Oktober 2019 Accepted 30 Oktober 2019 1 PENDAHULUAN Hubungan interpersonal merupakan salah satu skill yang paling penting dalam kehidupan, karena dengan memiliki kemampuan interpersonal yang baik seseorang akan mudah meraih kesuksesan baik dalam karir, hubungan sosial maupun kehidupan keluarga. Kemampuan interpersonal yang baik ini juga harus dimiliki oleh wanita bercadar. Dengan memiliki kemampuan interpersonal yang baik, wanita bercadar akan dapat melakukan komunikasi dan interaksi sosial dengan lebih baik Devito, 2011. Fenomena cadar di Indonesia sudah ada sejak dulu bahkan sebelum Indonesia merdeka, namun pembahasan tentang wanita bercadar Psikostudia Jurnal Psikologi ISSN 2302-2582 Vol 8, No 2, Desember 2019, hlm. 62-71 E-ISSN 2657-0963 63 masih sangat menarik untuk dikaji. Eksistensi mereka sering dikaitkan dengan islam radikal dan aksi-aksi terorisme yang sering terjadi di Indonesia Novri & Yohana, 2016. Eksistensi wanita bercadar mulai menguat kembali setelah putri proklamator Indonesia Ibu Sukmawati menyinggung masalah cadar dan membandingkannya dengan sari konde wanita Indosesia. Puisi Ibu Sukmawati tersebut akhirnya menuai banyak polemik yang secara tidak langsung mengangkat isu cadar kembali booming. Keberadaan wanita bercadar di Indonesia banyak menimbulkan pro dan kontra di lingkungan masyarakat bahkan mereka dianggap sebagai kelompok yang memiliki eksklusivitas yang sangat tinggi karena ketertutupan mereka. Fatur dan Syafiq 2017 menyatakan bahwa eksklusivitas dan ketertutupan komunitas cadar dapat menghambat proses sosialisasi. Salah satu faktor penting dalam pembentukan persepsi interpersonal adalah petunjuk wajah Nursalam & Syarifuddin, 2015. Berbagai petunjuk nonverbal termasuk ekspresi wajah penting diketahui dalam suatu komunikasi yang akrab karena dapat menginformasikan perasaan atau emosi pihak yang terlibat dalam komunikasi. Nursalam dan Syarifuddin 2015 dalam penelitiannya tentang “Persepsi Masyarakat Tentang Perempuan Bercadar” menunjukkan bahwa keberadaan perempuan bercadar masih belum dapat diterima secara penuh oleh masyarakat, terdapat persepsi negatif dari masyarakat terhadap penggunaan cadar yang dianggap menganggu proses hubungan antar pribadi di dalam masyarakat. Nursalam dan Syarifuddin 2015 menambahkan bahwa persepsi masyarakat terhadap perempuan bercadar sangat negatif karena mereka tidak diterima, dikucilkan bahkan tidak dianggap oleh masyarakat dan juga keluarganya sendiri. Perempuan yang memakai cadar juga di identikan dengan teroris dan juga penganut aliran sesat yang marak terjadi saat ini dan perempuan memakai cadar juga sangat tertutup dan kurang berinteraksi dengan masayarakat lainnya, sehingga hal tersebut menperkuat persepsi masyarakat terhadap mereka Nursalam & Syarifuddin, 2015. Penelitian Nursalam dan Syarifuddin ini juga dikuatkan dengan hasil penelitian dari Novri & Yohana 2016 yang menjelaskan bahwa keberadaan wanita bercadar pada umumnya mendapat reaksi yang beragam dari masyarakat yang tidak sedikit diantaranya merupakan stigma negatif, wanita bercadar diidentifikasikan sebagai kaum minoritas karena memiliki penampilan yang berbeda dan mencolok dibandingkan dengan wanita Muslim pada umumnya selain itu keberadaan mereka dianggap sebagai sesuatu yang asing sehingga menghambat adanya interaksi yang lebih dekat dengan masyarakat. Bahkan menggunakan cadar dianggap sebagai bentuk sikap fanatisme terhadap agama yang bahkan tidak jarang keberadaan mereka juga dikaitkan dengan kelompok Islam radikal. Anggapan bahwa wanita bercadar adalah penyebab terjadinya hambatan dalam hubungan interpersonal semakin diperkuat dengan pendapat Fatur dan Syafiq 2017 yang mengatakan bahwa penggunaan cadar juga sering dibarengi dengan pengaturan sikap yang membatasi penggunanya dalam melakukan interaksi terutama dengan lawan jenis yang bukan mahram demi menjaga diri dari dosa dan fitnah. Selain itu masyarakat juga memandang bahwa perempuan bercadar dalam imajinasi sebagai terorisme sehingga menimbulkan kesulitan tersendiri bagi para perempuan bercadar dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Setereotip terhadap perempuan bercadar tersebut telah memberi jarak antara para perempuan bercadar dan masyarakat sekitarnya. Penelitian-penelitian diatas secara tidak langsung memframing wanita bercadar, bahwa mereka dianggap sebagai wanita yang dapat menghambat proses interaksi interpersonal dengan masyarakat. Anggapan-anggapan ini adalah persepsi dari masyarakat yang ditujukan kepada wanita bercadar, namun penelitian-penelitian di atas belum mengungkap bagaimana sebenarnya perilaku Psikostudia Jurnal Psikologi ISSN 2302-2582 Vol 8, No 2, Desember 2019, hlm. 62-71 E-ISSN 2657-0963 64 komunikasi interpersonal wanita bercadar tersebut. Apakah perilaku mereka yang cenderung menarik diri, tertutup dan terkesan eksklusif ini benar-benar muncul dari dalam diri mereka ataukah sebenarnya ada keinginan dari mereka untuk tampil terbuka dan membaur dengan masyarakat yang lain dengan tidak menanggalkan cadar yang mereka kenakan? Berdasarkan uraian-uraian diatas, penulis ingin mengajukan suatu permasalahan, yaitu bagaimana gambaran hubungan interpesonal wanita bercadar? Penelitian ini merupakan penelitian yang relatif baru. Penelitian-penelitian lain yang mencoba membahas tentang perilaku wanita bercadar dan hal-hal lain yang berhubungan dengan cadar masih berdasarkan persepsi masyarakat yang mempersepsikan wanita bercadar. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian tersebut. Penelitian ini justru mencoba membahas cadar dan bagaimana pola hubungan interaksional yang mereka lakukan dari kacamata orang yang bercadar itu sendiri. Sehingga dari sini masyarakat bisa memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh pengguna cadar tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah; bagaimana gambaran hubungan interpesonal wanita bercadar? Untuk menjawab pertanyaan penelitian diatas, peneliti akan melakukan wawancara langsung kepada wanita bercadar yang ada di Universitas Setia Budi Surakarta. 2 METODE PENELITIAN Fokus dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan gambaran hubungan interpersonal wanita bercadar yang ada di Universitas Setia Budi Surakarta. Informan dalam penelitian ini adalah wanita bercadar yang ada beberapa Universitas Setia Budi Surakarta. Penelitian kualitatif tidak dikenal istilah populasi dan sampel. Istilah sampel memiliki arti yang berbeda dengan sampel dalam penelitian kuantitatif inipun Sugiyono, 2009. Selain itu, penentuan jumlah informan dalam penelitian kualitatif ini tidak ditentukan pada awal penelitian, tetapi pada waktu proses penelitian berjalan. Hal ini dilakukan karena penentuan jumlah informan bisa sedikit atau banyak tergantung pada pemilihan informannya dan keragaman fenomena yang di teliti Sugiyono, 2009. Sehingga apabila dalam rangkaian proses penelitian yang dilaksanakan, keterangan yang diberikan oleh informan sudah cukup dan terwakili seluruh atau sebagian besar aspek yang ingin digali oleh peneliti maka jumlah informan akan segera dibatasi. Penentuan informan dalam penelitian ini diambil dengan cara naturalistic sampling. Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif naturalistik sangat berbeda dengan penentuan sampel dalam penelitian konvensional kuantitatif. Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif tidak didasarkan perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Mahasiswi yang menggunakan Cadar dan Kuliah di Universitas Setia Budi Surakarta. Pemilihan Universitas Setia Budi sebagai salah satu krtiteria dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa Universitas Setia Budi merupakan Universitas yang sangat majemuk yang bisa menggambarkan kemajemukan masyarakat Indonesia. Sebagian besar mahasiswa berasal hampir dari seluruh kota yang ada di Indonesia dan agama yang dianut sangat beragam, mulai dari Islam, Kristen, Hindu, dan Budha ada di Universitas Setia Budi. Kondisi yang majemuk ini akan sangat mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada disekitarnya tampa terkecuali mahasiswi yang menggunakan cadar. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengungkapkan permasalahan dalam penelitian ini adalah wawancara. Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara langsung yaitu penulis berhadapan langsung dengan Psikostudia Jurnal Psikologi ISSN 2302-2582 Vol 8, No 2, Desember 2019, hlm. 62-71 E-ISSN 2657-0963 65 informan serta mengajukan beberapa pertanyaan. Teknik ini dimaksudkan agar penulis dapat memperoleh data-data secara langsung dari informan. Agar data-data yang diperoleh sesuai dengan hasil wawancara, maka dalam kegiatan wawancara ini penulis memakai alat bantu berupa hand recorder dan buku guide wawancara. Data penelitian kualitatif tidak berbentuk angka tetapi lebih banyak berupa narasi, deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis gambar, foto ataupun bentuk-bentuk non angka yang lain. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan eksploratif maka analisis data yang digunakan adalah analisis data induktif deskriptif yaitu melakukan abstraksi setelah rekaman fenomena-fenomena khusus dikelompokkan menjadi satu. Adapun desain penelitian dan metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Gambar 1. Bagan Desain Penelitian 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hubungan interpersonal pada wanita bercadar. Penelitian ini dilakukan di Surakarta dengan jumlah subjek berjumlah dua orang mahasiswa bercadar. Sebelum melakukan wawancara terlebih dahulu peneliti melakukan pengamatan di lingkungan Universitas Setia Budi Surakarta untuk mencari mahasiswi yang menggunakan cadar. Setelah peneliti mendapatkan beberapa mahasiswi bercadar, peneliti kemudian mengajukan informed consent untuk mendapatkan persetujuan dari mahasiwi yang bercadar tersebut untuk dijadikan sebagai subjek dalam penelitian ini. Berikut ini adalah beberapa mahasiswi yang bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini Tabel 1. Karakteristik Subjek Hasil Wawancara Informan 1 Bagaimana perlakuan masyarakat kepada Informan? Informan mendapatkan perlakuan yang berbeda-beda dari masyarakat baik masyarakat kampus maupun masyarakat tempat tinggalnya, ada yang menerima dan ada yang menolaknya bahkan di lingkungan kampus informan pernah mendapatkan penolakan baik dari teman sesama mahasiswa maupun dosennya sendiri terkait dengan cadar yang dia gunakan namun tidak sedikit pula yang menerima keberadaan informan. “pertama kali aku pakai cadar itu ada temen bilang ada temen-temen sih yang itu jauhin pertama itu jauhi kayak gak mau berteman gitu, kayak ilfil banget, tapi eee dengan kesabaram bersabar terus ee dengan mendekati mereka... 72-75 Masyarakat disini sih masih ini ya kalau masyarakat itu alkhamdulillah sih masih menerima, masih menerima.... 86-88 dari teman-teman sih sudah cuman masih dari dosennya. Ada dosen tu yang gak nganggap gak ada kan Psikostudia Jurnal Psikologi ISSN 2302-2582 Vol 8, No 2, Desember 2019, hlm. 62-71 E-ISSN 2657-0963 66 soalnya yang lainnya tu mukanya kelihatan terus yang ada satu duo orang dalam kelas itu kan makan cadar juga jadi dosennya itu nganggep gak adil gitu” Bagaimana Sikap Informan terkait dengan Penolakan yang dia terima? Meskipun informan sering mendapatkan penolakan terkait dengan cadar yang dia gunakan. Namun informan tidak mempermasalahkan adanya penolakkan itu. Ada beberapa cara yang akan informan lakukan terkait dengan adanya penolakan tersebut, diantaranya adalah sabar, acuh dan tidak menghiraukannya, melakukan pendekatan dengan cara mengajak bicara dengan orang-orang yang menolaknya, dan melepas cadar jika memang masyarakat yang menolak tidak mau berdiskusi dan mendengarkan penjelaskan informan. ”tapi ee dari saya sendiri ya itu lebih ke tidak tidak menghiraukan lebih ke itu lebih membuat pendekatan dengan warga-warga setempat... 56-58. Dengan kesabaran bersabar terus ee dengan mendekati mereka terus menerus alkhamdulliah mereka dengan itu menerima... 75-76 Gak apa-apa dilepas, tapi kalau aaa yang pertama itu eee gak dilepas dulu sih eee membuat pendekatan dengan mereka misalnya mereka itu tidak menerima baru bisa dilepas, tapi kalau memang bener-bener eee diterima yaa terus dipakai... 122-126 Apakah Informan suka memilih teman? Meskipun informan menggunakan cadar, namun informan tidak suka pilih-pilih teman atau hanya berkumpul dengan teman-teman yang menggunakan cadar saja. Informan bisa berteman dengan siapa saja bahkan dengan non muslim, selain itu Informan justru sering mendekati teman-teman yang justru menolaknya. “..kalau aku sih gak pernah itu memilih-milih dalam teman apalagi kayak ada yang kaya geng-gengan kayak bercadar gitu atau temannya Cuma sekelompok teman bercadar atau yang lain eee kalau aku sendiri gak pernah soalnya kalau siapa aja sih yang mau berteman kadang mereka itu emang gak mau teman tapi aku ngajakin mereka buat temenan sama sku soalnya yaa yaaa kalau dari aku sendiri sih gak pernah memilih teman semuanya aku anggap sama ... 90-99 Oh yang non muslim yang non muslim itu kayak teman kayak temanan sama non muslim ada sih temen di kelas juga ada tapi biasa saja 102-105 Bagaimana cara Informan berinteraksi dengan lingkungan sekitar? Dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar, informan sangat memperhatikan tradisi dan kebudayaan yang ada dilingkungan tersebut. Kalau lingkungan tersebut tidak menghendakinya menggunakan cadar, maka informan akan mencoba mengajak berbicara atau mencoba untuk bernegosiasi dan bermusyawarah dengan masyarakat. Namun jika langkah tersebut gagal, informan bersedia untuk melepaskan cadarrnya dilingkungan tersebut. “eeee gimana ya, soalnya cadar itu kan sunah nah misalnya kalau aaaa di tempat tersebut misalnya mereka itu banyak yang tidak menyetujui yaaa gak apa-apa dilepas. Tapi kalau aaaa yang pertama itu eee gak dilepas dulu sih eee membuat pendekatan dengan mereka, misalnya mereka itu tidak menerima baru bisa Psikostudia Jurnal Psikologi ISSN 2302-2582 Vol 8, No 2, Desember 2019, hlm. 62-71 E-ISSN 2657-0963 67 dilepas, tapi kalau memang bener-bener eeee di terima ya terus pakai... 120-126 Selain itu, agar dapat diterima dilingkungan sekitar, informan juga sering melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan cara mengajak mereka berbicara ngobrol. Cara ini informan lakukan untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada orang-orang yang ada disekitarnya. “ngobrol kayak gitu kan dengan begitukan mereka eee tu kayak rasa nyaman gitu kan eee jadi mereka itu eee tidak berpikir ooow ternyata wanita bercadar itu eee yang tidak seperti yang saya pikirkan tetapi wanita bercadar itu sama aja juga seperti waa eee wanita wanita yang eee lain .. 91-96 Hasil Wawancara Informan 2 Bagaimana perlakuan masyarakat kepada Informan? Tidak ada penolakan baik dari pihak kampus, kos maupun masyarakat dimana informan tinggal terkait dengan cadar yang informan pakai. Akan tetapi justru penolakan itu datang dari keluarganya yang menurut informan karena keluarganya belum memahami sepenuhnya tentang cadar. Selain itu, ketidaksetujuan keluarga informan tentang cadar ini disebabkan karena adanya rasa takut pada diri orang tua informan kalau nantinya informan dicap sebagai teroris oleh masyarakat. “ee... memang ada keluarga yang masih menolak kalau misalnya pake cadar gitu” 78-80 Sebenarnya orangtua Cuma takut kalau misalnya anaknya itu bergerak pakai cadar atau gimana gitu nanti dikira orang yang aneh-aneh gitu.. 54-58 Meskipun informan tidak mendapatkan penolakan di kampus, kos dan lingkungan dimana informan tinggal. Namun menurut informan tetap saja ada pihak-pihak yang kurang nyaman dengan keberadaan mereka yang memakai cadar. Mulai dari ada yang memanggil dengan panggilan ninja dan bahkan cadar yang mereka gunakan sering dijadikan sebagai kambing hitam ketika mereka melakukan kesalahan. Sehingga seolah-olah kesalahan yang mereka lakukan itu disebabkan karena mereka menggunakan cadar. “Kalau misalnya dari eee kampus gak ada penolakan. 12-13. Kalo Kos Juga tidak ada penolakan... 27 Ada eee hinaan dari orang itu, ee kek ninja gitu mesti gitu terus kalau misalnya kita berbuat salah sedikit saja sedikit saja bikin salah asti mereka akan nyinggung kita nyinggung–nyinggung tentang cadar... 98-203 Lawan jenis juga apa ya pasti ngerti gitu mereka akan menjaga jarak secara otomatis.... 108-111 Bagaimana Sikap Informan terkait dengan Penolakan yang dia terima? Meskipun informan sering mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan terkait dengan cadar yang informan pakai. Namun informan berusaha untuk tetap bersikap biasa dan menerima segala bentuk perlakuan dari orang-orang yang ada disekitarnya. “ada perkataan yang negatif dari mereka yaudah terima saja.... 65-55 Ya bersikap biasa saja gitu kayak gak terjadi apa-apa gitu... 88-89. Ya sudah kita pahami mereka itu aja kita bersikap biasa saja... 180-181. kalao misalnya emang dalam lingkungan keluarga kita misalnya saya pulang kerumah ya.... saya menyesuiakan diri dengan mereka gitu.... 228-231. Misalnya emang keluarga saya emang belum bisa Psikostudia Jurnal Psikologi ISSN 2302-2582 Vol 8, No 2, Desember 2019, hlm. 62-71 E-ISSN 2657-0963 68 menerima ya udah saya lepas kenapa saya juga gak mungkin melawan keluarga apalagi orang tua... 243-245 Apakah Informan suka memilih teman? Walaupun informan menggunakan cadar, namun informan tidak suka membeda-bedakan dalam berteman. Selain itu, informan juga tidak menutup diri dengan dunia luar dan mau berteman dengan semua orang bahkan informan juga aktif di salah satu organisasi yang ada di kampusnya. Memakai cadar atau tidak informan merasa tidak ada bedanya ketika berinteraksi dengan orang lain bahkan informan merasa terlindungi dengan ketika berinteraksi dengan lawan jenis. Selain itu, informan termasuk pandai dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Seperti ketika informan berada di rumah dan di lingkungan keluarga, sebagai bentuk rasa homrat informan kepada keluarga, informanpun melepas cadarnya karena menurut informan keluarga nya belum sepenuhnya menerima keputusnya untuk bercadar. “..ee...kalau misalnya berteman ya semua saya berteman namanya berteman ya semuanya berteman.. ee. Baik dia yang gak pakai cadar baik dia yang pakai cadar baik yang masih gak pakai kerudung atau masih berkerudung kecil atau gede semuanya teman... 132-139 Sayakan juga organisasi juga bukan berarti kalau saya bercadar sayya menutup diri saya enggak tapi emang iya saya membuka saya berteman dengan semua orang .. 142-146 Meskipun informan suka berkumpul dengan komunitas sesama pemakai cadar namun informan dan komunitasnya tidak membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lainnya. “Kan kami ya gak ada membedakan antara satu sama yang lain juga.. 73-74 Bagaimana cara Informan berinteraksi dengan lingkungan sekitar? Dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar, informan mencoba untuk bersikap biasa saja. Informan tidak memilih-milih dalam berteman. Informan tidak merasa terganggu dalam melakukan interaksi sosial meskipun informan menggunakan cadar. “selama ini gak ada hambatan yang terlalu menghalangi gitu..... Kan kami ya gak ada membedakan antara satu sama yang lain juga.. 73-74 kalao misalnya emang dalam lingkungan keluarga kita misalnya saya pulang kerumah ya.... saya menyesuiakan diri dengan mereka gitu.... 228-231. Misalnya emang keluarga saya emang belum bisa menerima ya udah saya lepas kenapa saya juga gak mungkin melawan keluarga apalagi orang tua... 243-245 Psikostudia Jurnal Psikologi ISSN 2302-2582 Vol 8, No 2, Desember 2019, hlm. 62-71 E-ISSN 2657-0963 69 Tabel 2. Gambaran Hasil Wawancara Hubungan Interpersonal Wanita Bercadar Bagaimana perlakuan masyarakat kepada Informan? Menolak karena takut dengan stigma negatif yang akan muncul. Ada yang menerima dan ada yang menolak a Menerima b Menolak jaga jarak, dipanggil ninja, mengkaitkan cadar dengan kesalahan yang diperbuat informan. Bagaimana Sikap Informan terkait dengan Penolakan yang dia terima? b Acuh dan tidak menghiraukannya c Melakukan pendekatan dengan cara mengajak bicara dengan orang-orang yang menolaknya, d Melepas cadar jika memang masyarakat yang menolak. 2 Menerima segala bentuk perlakuan. 3 Berusaha memahami kenapa ada penolakan dan perlakuan negatif 4 Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan. Apakah Informan suka memilih teman? Tidak milih-milih teman dan mau bergaul dengan siapa saja. Tidak milih-milih teman dan mau bergaul dengan siapa saja. Bagaimana cara Informan berinteraksi dengan lingkungan sekitar? a Memperhatikan tradisi dan budaya masayarakat setempat. b Membuka diri dengan masyarakat. a Mencoba bersikap biasa. b Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan. c Tidak pilih-pilih teman. Eksistensi wanita bercadar memang sering menimbulkan pro dan kontra, ada penolakan dan juga ada penerimaan, baik dari kalangan keluarga maupun lingkungan masyarakat dimana mereka tinggal. Kondisi ini juga dialami oleh kedua informan penelitian ini. Alasan penolakanpun beragam, mulai dari adanya ketakutan dengan adanya stigma negatif terhadap penggunaan cadar, fanatisme berlebihan dan lain sebagainya. Alasan-alasan tersebut bisa dibenarkan, mengingat Indonesia adalah negara sangat beragam. Amanda 2014 menjelaskan bahwa salah satu alasan kenapa adanya penolakan terhadap penggunaan cadar adalah adanya anggapan fanatisme yang berlebihan dalam beragama dan keengganan untuk bersosialiasi dengan masyarakat. Terkait dengan adanya penolakan-penolakan ini, kedua informan memiliki sikap yang tidak jauh berbeda. Informan pertama dalam penelitian ini mensikapi penolakan tersebut dengan cara bersabar, acuh dan tidak menghiraukannya, melakukan pendekatan untuk memberikan pencerahan terhadap masyarakat dan bahkan rela untuk melepaskan cadar mereka jika memang masyarakat tidak berkenan dengan adanya cadar tersebut. Sikap yang tidak jauh berbeda juga ditunjukkan oleh informan kedua, informan kedua mensikapi penolakan ini dengan cara bersikap biasa, menerima segala bentuk perlakuan, berusaha memahami Psikostudia Jurnal Psikologi ISSN 2302-2582 Vol 8, No 2, Desember 2019, hlm. 62-71 E-ISSN 2657-0963 70 kenapa ada penolakan dan perlakuan negatif dan berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan. Berdasarkan temuan-temuan dari kedua informan ini bisa disimpulkan bahwa tidak ada eksklusifitas pada diri mereka meskipun mereka menggunakan cadar. Justru mereka terlihat sangat terbuka dan proaktif untuk bersosialisasi dan membaur dengan masyarakat diamana mereka tinggal. Bahkan diantara mereka ada yang rela melepaskan cadarnya jika memang masyarakat tidak bisa menerima argumentasinya. Hal ini ditujukan agar terciptanya hubungan yang harmonis antara mereka meskipun mereka berbeda pandangan. Apa yang mereka lakukan sudah merupakan bentuk dari hubungan interpersonal itu sendiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasibuan 2009 mengatakan bahwa hubungan interpersonal adalah hubungan antar manusia yang harmonis, tercipta atas kesadaran dan kesediaan melebur keinginan individu demi terpadunya kepentingan bersama”. Andi, dkk 2010 menambahkan bahwa hubungan interpersonal akan terjadi manakala seseorang sedang melakukan aktifitas komunikasi, dalam kondisi tersebut individu tidak hanya menyampaikan isi pesan, melainkan juga menentukan kadar hubungan interpersonal antara mereka. Sehingga ketika seseorang berkomunikasi, orang tersebut tidak hanya menentukan isi dari komunikasinya, melainkan juga menentukan relationship. Selain itu, Devito 2011 menjelaskan bahwa hubungan interpersonal merupakan komunikasi yang berlangsung antara dua orang yang mempunyai hubungan yang jelas. Apa yang dilakukan oleh kedua informan dalam penelitian ini adalah wujud dari hubungan interpersonal yang selama ini diragukan oleh orang-orang yang menolak eksistensi cadar yang dianggap sangat ekslusif. Selain itu, hasil ini secara tidak langsung membatah penelitian-penelitian yang seolah-olah menggap bahwa adanya keengganan pada diri wanita bercadar untuk bersosialisasi dengan masyarakat. Salah satunya adalah hasil penelitian dari Sadli 1999 menganggap bahwa penggunaan cadar justru didasari atas keengganan mereka untuk membaur dan bersosialisasi dengan masyarakat. Ratri 2011 menambahkan bahwa eksklusivitas dan ketertutupan komunitas cadar dapat menghambat proses sosialisasi. Nursalam dan Syarifuddin 2015 dalam penelitiannya tentang “Persepsi Masyarakat Tentang Perempuan Bercadar” menunjukkan bahwa keberadaan perempuan bercadar masih belum dapat diterima secara penuh oleh masyarakat, terdapat persepsi negatif dari masyarakat terhadap penggunaan cadar yang dianggap menganggu proses hubungan antar pribadi di dalam masyarakat. Nafisah 2016 nilai eksklusifitas muncul dalam aktifitas sosial kemasyarakatan. Nilai ini diyakini akan mempengaruhi kehidupan sosial wanita bercadar itu sendiri dan cenderung akan menimbulkan konflik diantara masyarakat. Kedua informan dalam penelitian ini justru menunjukkan sikap yang bertolak belakang dari hasil penelitian-penelitian tersebut. Bahkan dalam bertemanpun mereka tidak membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lainnya dan mereka mau bergaul dengan siapa saja. Hal ini tentunya semakin mempertegas bahwa ada persepsi yang salah terhadap wanita bercadar, bahwa mereka eksklusif dan tidak mau bergaul dengan masyarkat luas. 4 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian-uraian di atas maka, dapat disimpulkan bahwa ada persepsi yang salah terhadap wanita bercadar, bahwa mereka eksklusif dan tidak mau bergaul dengan masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua informan dalam penelitian ini justru bersikap proaktif, terbuka dan mau bersosialisasi dengan siapapun. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah jumlah responden dan karakteristiknya. Mungkin hasilnya akan Psikostudia Jurnal Psikologi ISSN 2302-2582 Vol 8, No 2, Desember 2019, hlm. 62-71 E-ISSN 2657-0963 71 berbeda jika yang menjadi salah satu karakteristik responden dalam penelitian ini adalah non mahasiswi. Sehingga disarankan bagi akademisi yang ingin melakukan penelitian dengan tema yang terkait dengan cadar, mungkin keterbatasan ini bisa menjadi salah satu pertimbangan dalam pemilihan informan dan karakteristiknya. 5 DAFTAR PUSTAKA Amanda, R. M. 2014. Hubungan antara prasangka masyarakat terhadap muslimah bercadar dengan jarak sosial. Jurnal RAP UNP, 51, 72-81 Andi, N. N., Fahmi, A., Nurwindiyastuti, D., dkk. 2010. Hubungan interpersonal pengertian, teori, tahap, jenis, dan faktor yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Makalah. diakses 25 Januari 2019 Devito, J. A. 2011. Komunikasi antar manusia. Jakarta Profesional books. Fatur, A. R. & Syafiq, M. 2017. Motivasi, stigma dan coping stigma pada perempuan bercadar. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, 72, 103-115 Hasibuan, M. 2009. Manajemen sumber daya manusia Edisi Revisi. Jakarta Bumi Aksara. Nafisah, U. 2016. “Collective action” komunitas wanita bercadar dalam perubahan sosial keagamaan di Sleman. Tesis. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Novri, & Yohana, N. 2016. Konstruksi makna cadar oleh wanita bercadar jamaah pengajian Masjid Umar bin Khattab Kelurahan Delima Kecamatan Tampan Pekanbaru. Jom Fisip, 31, 1-12. Nursalam, S. 2015. Persepsi masyarakat tentang perempuan bercadar. Jurnal Equilibrium Pendidikan Sosiologi, III1, 116-125. Sadli, S. 1999. Pengembangan Diri Perempuan dalam Keluarga dan Lingkungan Sosial. Jakarta Balai Pustaka. Sarwono, 2002. Psikologi sosial individu dan teori psikologi sosial. Jakarta Balai Pustaka. Sugiyono. 2010. Metodologi penelitian pendidikan; pendekatan kualitatif, kualitatif. Bandung Alfabeta. Wisnuwardhani, D. & Mashoedi, 2011. Hubungan interpersonal. Jakarta Salemba Humanika ... Terlebih lagi stigma yang lahir lebih condong ke arah negatif dan diskriminatif Fitrillah et al., 2020. Stigma-stigma itu seperti mengklaim bahwa orang-orang bercadar adalah orang-orang radikal Sarhindi, 2019, teroris dan fanatik Rahman & Syafiq, 2017, eksklusif Sujoko & Khasan, 2019 dan tergabung dengan organisasi keagamaan ekstrim seperti HTI dan ISIS Danial, 2019. Lebih jauh lagi, sebagai simbol dan sekaligus menjadi identitas agama Islam, cadar telah berhasil masuk ke dalam dunia pendidikan. ...Vivi SartikaM YusufThis study aims to explain the production and reproduction of the meaning of the niqab among the female student who wear niqab at UIN Imam Bonjol Padang. This study used a qualitative research method field research, with data collection using in-depth interviews with several female students that wearing the niqab at UIN Imam Bonjol Padang. This study uses Antony Giddens' structuring theoretical approach and focuses on how the female student who wearing the niqab produce and reproduce the meaning of the niqab in education. This study found that the actions of wearing the niqab take have created resources for female who wearing niqab in education. These resources can be seen from the reproduction of the meaning of the niqab as a form of applying religious doctrines personal protection and the niqab as a form of power praying for individuals to wear the niqab. This study draws the conclusion that the resource is born on the basis of the practice of the women who wear niqab, but on the other hand, the practice is born in a structure that is restrictive and Fathur Rahman Muhammad SyafiqFull-face veil is a head scarf with a face cover which only leave eyes exposed that is used by Muslim women as accompanied with wearing long hijab and black dominated clothes covering body. A full-face veil has some kinds such as niqab and burqo. Women with full-face veil generally become the target of stigma. This study explores full-face veiled women's experiences including their motivation that encourage them to wear it, the stigma they face, and how they cope with the stigma. Five women who wear full-face veil were involved in this study. Data collected using semi-structured interviews and analyzed using interpretative phenomenological analysis. The result shows that the motivation of wearing full-face veil is sourced primarily from religious loyalty and for guarding from sexual objectivication. Their strong religious loyalty make them ready to face stigma labelled by their surrounding society such as accused as a fanatic,a member of terrorist group, and being avoided by their surrounding people. Their strategies they use to cope with the stigma cover internal and external strategies. The internal strategy consist of ignoring the stigma and taking the view that the stigma is caused by the surrounding society's missunderstanding. Meanwhile, the external strategies include of taking effort to clarify and give the explanation to revise the missunderstanding,as well as participating in neighborhood activities. Abstrak Cadar adalah penutup wajah perempuan muslim yang menutup wajah kecuali kedua mata digunakan dengan jilbab dan baju kurung panjang serta didominasi warna gelap yang menutup seluruh tubuh. Perempuan bercadar biasanya rentan dengan stigma. Penelitian ini membahas pengalaman perempuan bercadar meliputi motivasi bercadar, bentuk stigma yang mereka hadapi, dan bagaimana cara mereka menghadapi stigma. Data dikumpulkan menggunakan wawancara semi-terstruktur dan dianalisis menggunakan analisis fenomenologi interpretif. Penelitian ini mengungkap tiga tema yaitu motivasi bercadar, bentuk stigma yang dialami, dan strategi untuk menghadapi stigma. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi bercadar muncul dari ketaatan dalam beragama dan keinginan untuk menghindarkan diri dari objektivikasi seksual. Hal ini membuat mereka siap menghadapi stigma seperti dianggap fanatik, anggota kelompok teroris, dan dihindari oleh orang-orang di sekitarnya. Strategi menghadapi stigma yang ditempuh partisipan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu strategi internal dengan cara mengabaikan dan memaklumi pandangan negatif masyarakat sekitar, dan strategi eksternal melalui pemberian penjelasan sebagai klarifikasi dan ikut melibatkan diri dalam kegiatan bersama masyarakat sekitar. Kata kunci Perempuan muslim, cadar, stigma, menghadapi stigma Cadar digunakan bersama jilbab sebagai penutup wajah sehingga hanya menyisakan penampakan kedua mata saja bahkan telapak tangan pun harus Korespondensi tentang artikel ini dapat dialamatkan kepada Alif F. Rahman viaPenelitian tentang Persepsi Masyarakat Tentang Perempuan Bercadar studi kasus Desa To’bia Kabupaten Luwu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi madayarakat tentang peremepuan bercadar di Desa To’bia Kabupaten penelitian ini adalah penelitian sosial budaya PSB dengan tipe kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang diamati menghasilkan kata-kata tertulis atau lisan dari kelompok petani yang diamati selama melakukan penelitian penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya kepada satu kasus yang dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail, dan komperehensif. Sedangkan Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dimana penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran nyata, dan penjelasan tentang persepsi masayarakat tentang perempuan bercadar di Desa To’bia Kabupaten data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masayarakat terhadap perempuan bercadar itu sanagat negatif dan juga mereka tidak menerima adanya perempuan bercadar di Desa mereka, bahkan sebagian masayarakt mengucilkan atau bahkan menolak keberadaan mereka dan mereka tidak di anggap di dalam masayarakat. Kata Kunci Persepsi, Masyarakat, Perempuan interpersonal pengertian, teori, tahap, jenis, dan faktor yang mempengaruhi hubungan interpersonalN N AndiA FahmiD NurwindiyastutiAndi, N. N., Fahmi, A., Nurwindiyastuti, D., dkk. 2010. Hubungan interpersonal pengertian, teori, tahap, jenis, dan faktor yang mempengaruhi hubungan interpersonal. A DevitoDevito, J. A. 2011. Komunikasi antar manusia. Jakarta Profesional sumber daya manusia Edisi RevisiM HasibuanHasibuan, M. 2009. Manajemen sumber daya manusia Edisi Revisi. Jakarta Bumi action" komunitas wanita bercadar dalam perubahan sosial keagamaan di SlemanU NafisahNafisah, U. 2016. "Collective action" komunitas wanita bercadar dalam perubahan sosial keagamaan di Sleman. Tesis. UIN Sunan Kalijaga makna cadar oleh wanita bercadar jamaah pengajian Masjid Umar bin Khattab Kelurahan Delima Kecamatan Tampan PekanbaruM S NovriN YohanaNovri, & Yohana, N. 2016. Konstruksi makna cadar oleh wanita bercadar jamaah pengajian Masjid Umar bin Khattab Kelurahan Delima Kecamatan Tampan Pekanbaru. Jom Fisip, 31, Diri Perempuan dalam Keluarga dan Lingkungan SosialS SadliSadli, S. 1999. Pengembangan Diri Perempuan dalam Keluarga dan Lingkungan Sosial. Jakarta Balai sosial individu dan teori psikologi sosialS W SarwonoSarwono, 2002. Psikologi sosial individu dan teori psikologi sosial. Jakarta Balai penelitian pendidikan; pendekatan kualitatif, kualitatifSugiyonoSugiyono. 2010. Metodologi penelitian pendidikan; pendekatan kualitatif, kualitatif. Bandung Alfabeta.
NurhalimahWanita adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah subhaanahu wa ta’ala Tuhan seluruh alam. Allah menciptakan semua wanita dengan sifat yang berbeda-beda serta dengan rupa yang berbeda-beda pula. Allah juga memberikan sifat malu kepada wanita sebagai pelengkap keindahan diri mereka. Jadi apabila sifat malu tersebut telah hilang dari diri para wanita, khususnya wanita muslimah, maka hilanglah pula keindahannya. Tersebab keindahan rupa tidak bisa menggambarkan keindahan hati seseorang baik pria maupun wanita. Rupa yang indah tidak mencerminkan hati yang indah dalam pandangan Islam, sangat memiliki kemuliaan yang baik. Di dalam Islam wanita diberikan julukan sebagai sebaik-baiknya perhiasan dunia. Namun bukan hanya perhiasan dunia, wanita juga bisa menjadi sebesar-besarnya fitnah di dunia ini. Nabi Muhammad Salallahu alaihi Wasallam pernah bersabda dalam sebuah hadits yang artinya “Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita”.Dari ulasan hadits tersebut dapat diketahui bahwa wanita memang seharusnya menutup diri dari kalangan lekaki yang bukan mahram semua lelaki yang boleh menikah dengannya karena apabila wanita mengumbar dirinya kepada para lelaki yang bukan mahramnya tersebut, itu berarti wanita tersebut menjadikan dirinya sebagai zaman sekarang ini, banyak kita temui wanita muslimah yang mengenakan hijab syar’i sesuai dengan syari’at Islam bahkan tak jarang kita melihat banyak wanita muslimah yang mengenakan niqab cadar. Menurut penulis, hal ini sangatlah baik karena mereka sudah mencoba menutup aurat mereka dengan sempurna. Namun, ada hal yang menjadikan hal yang sudah baik tersebut menjadi tidak baik di pandangan Islam. Dari judul artikel ini tentu pembaca sudah mengetahui apakah hal yang tidak baik menyedihkan bahwa sekarang ini wanita yang telah menutup auratnya dengan sempurna namun malah berfoto ria dan membagikan foto-foto tersebut di segala media sosial yang mereka punya. Bisa dilihat dan dipantau di akun-akun media sosial khususnya di Instagram, banyak wanita yang mengenakan niqabnya namun membagikan foto-foto dan bisa dilihat oleh seperti ini sangatlah miris dalam pandangan Islam. Sebagian mereka beralasan bahwa apabila mereka telah menutup aurat dengan sempurna maka mereka bebas untuk meng_upload foto diri mereka. Ini adalah sebuah persepsi yang sangat keliru. Wanita sebenarnya tidak tahu bahwa laki-laki di dunia ada dua tipe dalam menyukai wanita dari segi penampilan. Ada yang menyukai wanita yang berpenampilan terbuka dan ada yang menyukai wanita yang berpenampilan jarang pula kita temui di caption-caption foto muslimah yang berhijab dan berniqab tersebut berdalih dakwah. Perlu diketahui dan dipahami bahwa dakwah yang seperti ini tidak pernah diajarkan di dalam Islam. Tersebab Islam adalah agama yang mulia dan sangat memuliakan para wanita. Dari foto-foto yang mereka ekspos banyak pula laki-laki yang berkomentar menggoda. Contoh nyatanya bisa dilihat langsung di akun Instagram Ikhwan Penyuka akun Instagram tersebut telah nampak bahwa seorang laki-laki yang sangat menyukai wanita yang berpenampilan tertutup. Menurut orang yang mempunyai akun tersebut, wanita yang berpenampilan tertutup lebih memberikan sensasi yang berbeda. Akun tersebut mengekspose banyak foto-foto muslimah dari yang berjilbab biasa, yang berhijab syar’i, sampai yang mengenakan niqab. Di dalam akun tersebut dia menganggap bahwa wanita-wanita yang berada di foto tersebut adalah isterinya, dengan beberapa caption-caption yang sangat tidak sopan dia tuangkan di foto-foto yakin, bahwa semua wanita pemilik foto-foto tersebut pasti tidak akan terima bahkan mungkin mereka marah dengan hal yang dilakukan oleh pria tersebut. Namun, wanita yang seperti ini, apabila dinasehakan mereka akan menolak, ada saja pembenaraan dari mereka terhadap apa yang mereka lakukan. Apapun alasannya, bagi wanita Islam, mengubar foto diri itu sangat tidak dibenarkan. Sebab, wanita itu harus seperti mutiara yang tersimpan di dalam cangkangnya dengan rapi. Tidak sembarang orang bisa menikmati keindahannya. Hanya orang-orang yang mempunyai keinginan untuk mempersunting mutiara tersebutlah yang bisa menikmati keindahan mutiara tersebut, seperti itu pula wanita muslimah yang berharga. Hanya laki-laki yang berani menjumpai ayahnya dan berniat untuk menikahinyalah yang bisa melihat keindahan dari wanita muslimah ustadz berpendapat bahwa wanita yang mengumbar foto diri di media sosial ini sejatinya mereka ini hanya ingin dilihat, ingin menunjukkan bahwa diri mereka itu ada, dan foto-foto tersebut sebagai pembuktiannya. Seorang mahasiswa juga berpendapat bahwa mereka yang mengenakan niqab namun masih berfoto ria ini sejatinya mereka tidak tahu apa sebenarnya hakikat cadar tersebut, mereka hanya mengenakannya karena ikut-ikutan, karena fashion dan lain sebagainya. Padahal niqab ini berfungsi untuk menutup serta menjaga wajah sekaligus diri wanita muslimah dari pandangan laki-laki yang bukan mahramnya. Namun, banyak sekali yang salah dalam mengartikan hakikat cadar dan salah dalam penggunakannya. Islam berlepas diri dari wanita yang seperti ini, yaitu yang bercadar tetapi masih ingin juga pernah menanyakan langsung kepada wanita yang mengenakan niqab tentang pendapat mereka dengan fenomena wanita bercadar tapi mengumbar foto diri di media social ini. Namun mereka terus tetap membenarkan diri mereka atas perbuatan ini dengan perkataan “seperti halnya engkau membersihkan rupamu, maka bersihkanlah juga hatimu” perkataan seperti ini bernar namun tidak untuk fenomena kesalahan mereka seperti ini. Sangatlah miris sekali melihat wanita yang seperti ini, yang apabila debenarkan namun malah mencari pembenaran dalam Al-Qur’an surah An-Nur ayat 26 telah dijelaskan bahwa perempuan yang baik hanya untuk laki-laki yang baik dan perempuan yang keji buruk hanya untuk laki-laki yang keji pula. Terdapat dalam surah An-Nur ayat 26. Jadi, jika wanita muslimah tersebut senang berfoto selfie maka jodohnya juga tidak akan jauh dari hal tersebut begitu juga sebaliknya. Karena jodoh merupakan cerminan dari diri kita. Baik kita berperilaku maka Allah juga akan mempersiapkan yang baik pula untuk kita dan buruk kita berperilaku maka Allah juga mempersiapkan yang buruk pula untuk kita. Maka jika wanita muslimah terbiasa mengumbar foto diri di media sosial, maka yang akan ia dapatkan juga lelaki yang seperti itu pula. Hal ini akan berlaku apabila tidak ada pengecualian dari Allah ta’ala, karena semua yang ada di muka bumi ini telah Allah atur dan rencanakan dengan artikel yang ditulis oleh penulis ini bermanfaat untuk para pembaca semua terutama bagi para wanita, agar menghilangkan kebiasaan mengumbar foto diri di media sosial, meskipun yang terlihat hanya matanya saja karena sejatinya hijrah itu bukan hanya penampilan, namun juga hijrah dari hal yang buruk menuju hal yang baik. Semoga Allah mempermudah bagi siapapun yang saat ini sedang berjuang dalam hijrahnya dan semoga Allah tetapkan hati orang-orang yang telah berhijrah dalam Nurhalimah Mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UMRAH
Foto Gresnia Arela/Wolipop Jakarta - Azthry Ibrahim tak pernah menyangka dirinya akan menjadi fotografer. Apalagi sebagai fotografer bercadar. Kisahnya memakai cadar dilalui dengan bullying dari berbagai pihak. Bagaimana kisah wanita yang populer di Instagram dengan pengikut lebih dari 43 ribu itu?Keinginan Azthry untuk memakai niqab atau cadar berawal dari mimpi. Setidaknya empat hingga lima kali dia mimpi memakai cadar. Dia bahkan juga memimpikan pendiri komunitas wanita bercadar Niqab Squad, Indadari. "Terus aku jadi stalking orang yang berniqab gitu salah satunya teh Indadari, yang pertama pakai itu teh Inda dan teh Aya Soraya Abdullah aku melihatnya kok adem gitu, padahal aku melihatnya di media sosial doang. Jadi semakin deg-degan jadi kayak kepikiran dan dimimpiin lagi," kata Azthry saat ditemui Wolipop, di Hotel Borobudur baru-baru ini. Azthry kemudian melihat Inda di televisi. "Pokoknya pas liat teh Inda kayak liat pacar bawaannya deg-degan aja. Pokoknya langsung bergetar. Langsung nangis, padahal aku belum kenal banget sama teh Inda," kenangnya seraya 32 tahun ini mantap memakai cadar pada 2014. Keputusannya itu mendapatkan dukungan penuh dari suaminya. Namun mertuanya menentang penampilan barunya itu. [GambasInstagram]"Saat itu aku lagi ke rumah mertua, dia langsung kaget dan disuruh copot niqab pas ada acara. Aku langsung nangis banget, memang ini ujiannya. Alhamdulillah sekarang sudah bisa menerima dan mendukung," jelas ibu dari tiga orang anak memakai cadar terus dialami Azthry. Dia beberapakali mengalami kejadian yang tidak menyenangkan saat memakai niqab. "Aku pernah dibully, diteriakin setan, maling, suka ditakut-takutin ibu-ibu kalo anaknya lagi nangis. si ibu itu ngomong gini,"kalau nangis nanti diculik lho sama yang itu," sambil nunjuk aku, parah banget," kenang Azthry seraya tertawa.[GambasInstagram]Tidak hanya itu saja, Azthry juga mengaku pada tahun keduanya memakai cadar, dia pernah dilempar batu oleh anak kecil ketika sedang berjalan. Berbagai ujian tersebut sempat membuatnya sedih. Namun dia merasa justru keimanannya semakin kuat dan mantap untuk terus memakai niqab."Semakin kepengin ngebuktiin dan memperbaiki diri lewat akhlak. Kalau misalnya kita ngelawan kan bikin orang yang semakin nggak respect juga kan? Jadi kita nunjukkin ya akhlak kita semakin baik, sabar aja, ramah sama mereka dan merangkul," kata wanita kelahiran Bandung memakai niqab, Azthry memutuskan keluar dari pekerjaannya di sebuah bank swasta. Pada 2005, dia kemudian mulai meneruskan hobinya di dunia fotografi yang sudah dilakukannya sejak SMA."Aku suka dunia fotografi sejak SMA dan berawal dari hobi motret aja lalu iseng-iseng belajar dari kakak yang memang hobi foto juga. Awalnya teman-teman sekolahku yang suka minta difotoin. Dari situ mulai jadi penghasilan. Dulu masih pake kamera yang analog, camera yang roll film. Sekarang Alhamdulillah, banyak klien dari berbagai perusahaan," jelas wanita yang sering memotret untuk acara pernikahan dan human interest menceritakan saat pertamakali mendapat klien yang mengetahui dirinya memakai cadar, kemampuannya sempat diragukan. Namun setelah melihat hasil karyanya, keraguan itu sirna. Kini dunia fotografi sudah memberikannya penghasilan tetap. Dia mendapatkan pekerjaan dari berbagai kalangan, termasuk non muslim."Kemarin aku baru pulang dari China. Aku dipercaya untuk back up bikin video tournya sebuah perusahaan yang berada di TB Simatupang, untuk mendokumentasikan setiap acaranya," tahun belakangan Azthry juga mengembangkan kemampuannya di bidang videographer. "Alhamdulillah dengan liat hasil kerjaku, pada puas dan pakai jasaku terus," tambah wanita yang juga bagian dari komunitas Niqab Squad menjadi fotografer professional, Azthry memberikan pesan bagi wanita yang ingin memakai niqab agar tidak ragu. "Jika sudah ada kemauan dari hati untuk berniqab, ya Bismillah pakai aja langsung dan nanti akhlak akan mengikuti dengan seiringnya waktu," pungkasnya. Simak Video "Alasan Inara Rusli Lepas Cadar" [GambasVideo 20detik] gaf/eny
foto wanita bercadar dari belakang